Diperdaya Lewat Mistisme

Sekilas, tayangan berdurasi satu setengah jam ini menawarkan cerita bertema mistisisme yang diawali dengan gegernya warga Desa Sumberjati lantaran pohon trembesi di pinggir jalan kembali ‘meminta’ korban. Pada suatu malam Dayat, seorang anak juragan kaya menabrak pengemudi sepeda setelah melewati pohon trembesi tersebut. Namun, Dayat melarikan diri karena takut dimintai pertanggungjawaban. Setelah kejadian itu dan hampir tiap malam ia dihantui mimpi buruk tentang kecelakaan tersebut.

Saya sedikit prihatin menonton tayangan yang salah satu tokohnya diperankan oleh Sule ini lantaran efek mistik yang ditampilkan begitu berlebihan. Sebenarnya ada beberapa hal penting yang dapat kita tangkap dari drama Beringin Tua, salah satunya fenomena masyarakat yang selalu mengaitkan kehidupan mereka dengan mistisisme. Mistisisme sebagai ajaran yang menyatakan bahwa ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal manusia rupanya seringkali dijadikan pelarian masyarakat yang enggan berpikir. Orang-orang yang enggan berpikir biasanya lebih suka menyalahkan apa yang ada di luar dirinya ketimbang introspeksi diri.

Tayangan ini menyajikan gambaran tentang bagaimana perihal mistisisme dapat memperdaya manusia. Rasa bersalah Dayat karena tidak menolong korban dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang bersekongkol dengan menggunakan momen mistisisme sebagai dalih. Persekongkolan yang melibatkan tiga orang tersebut merupakan teror bagi Dayat. Dampaknya, Dayat diperas oleh Pak Dukun yang meminta uang beberapa juta dan menganjurkan keluarga Dayat melaksanakan bersih desa agar hantu pohon trembesi tidak lagi mengganggu. Awalnya Dayat menunda perintah dari dukun. Namun, hantu pohon trembesi terus mengganggu dan Dayat sepakat untuk memberikan sejumlah uang pada Pak Dukun.

Pengemasan tayangan ini kurang bagus lantaran 2/3 jalan cerita dipenuhi oleh adegan-adegan seram sesosok hantu trembesi. Sutradara tampaknya berusaha memberikan kejutan pada akhir cerita dengan mengungkap persekongkolan. Namun kemudian tayangan ini tidak sampai pada sasaran ketika adegan-adegan mistisisme lebih ditonjolkan ketimbang dinamika ceritanya yang membawa pesan baik untuk masyarakat bahwa sebaiknya kita menyikapi kejadian-kejadian bertema mistisisme dengan akal sehat.

Sebagaimana kita tahu, tayangan-tayangan yang mengandung mistisime belakangan ini jarang muncul di permukaan karena tergeser oleh acara-acara komedi dan talk show. Penonton juga mulai muak dengan tayangan-tayangan yang lebih banyak mengeksploitasi hal gaib tersebut. Sule sebagai salah satu pemeran agaknya dijadikan semacam ‘kunci’ untuk tayangan ini. Sudah jadi rahasia umum bahwa Sule sedang naik daun dalam dunia pertelevisian sehingga tayangan apapun menjadi layak ditonton ketika menghadirkan Sule sebagai pemain, termasuk tayangan yang mengandung mistisisme.

Jam tayang drama Beringin Tua pada pukul 22.00 WIB menjadikan segmen penonton tayangan ini memang orang dewasa, khususnya para penggemar Sule. Itulah mengapa beberapa iklan sebagian besar merupakan produk-produk orang dewasa untuk membidik hasrat konsumerisme. Pada akhirnya bahaya laten dari tayangan-tayangan semacam ini tetap tak bisa ditangkap.

Bagaimana? Apakah Anda masih ingin menonton tayangan-tayangan seperti ini? (Catastrova Prima).

 

Judul tayangan: Beringin Tua. Stasiun penayang: MNC. Waktu penayangan: 12 November 2012, jam 22.00 WIB. Iklan: Mc Donald, Saori, XL, Insto, Larutan Cap Badak, KB Andalan, Sari Husada, Lifebuoy, Fruitamin, Reg Game 9388, Hers Protect, Pulpy, Rexona, Head & Shoulders, Frisian Flag, Wall’s, Frestea, Pepsodent, Sprite, GSM Eksplore, Coolant, Pantene, The Gelas, Pond’s, Bumbu Racik Indofood, Zwitsal, Top Kopi, Rejoice, Sunlight, Cerelac, Coca Cola, Superpell, Koolfever, HIT Magic, FUN 3988, Panadol, Surf, Inter Sport, The Pucuk Harum, Sarimi, Molto Ultra, Masako, Larutan Cap Kaki 3, ABB 6288, Rinso, Mie Sedap, Kraft, Citra, Vaseline, Cheeskress, Emeron, Sari Wangi, Softener SoKlin, Blueband, Kapsida, Mama Lemon, FUN 9388, Fit Active, Aqua

 

 

Satu tanggapan

  1. maturnuwun sanget kaleh ulasane, jeng Prim.. 🙂

Tinggalkan komentar